Demi Waktu

Tulisan ini adalah serapan saya atas khotbah jum’at di mesjid ICON+ Gandul 25 November 2011. Kalau ada yang salah di tulisan di bawah, mohon dibantu meluruskan.

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

وَٱلۡعَصۡرِ (١) إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ لَفِى خُسۡرٍ (٢) إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ (٣)

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Demi masa. (1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (2) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menta’ati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (3) [QS 103:1-3]
(Ayat Qur’an diatas saya copy dari http://www.quranexplorer.com/quran/)

Okey let’s start. Jadi, berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Ashr, sesungguhnya Allah SWT, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang udah menciptakan seisi alam raya ini, yang penguasa segala-galanya, yang ga ada satu pun yang setara dengan Dia, telah bersumpah demi waktu, bahwa sebenarnya, sesungguhnya, faktanya, sad but true, semua orang itu rugi. Rugi dalam hal apa? Ga spesifik, tapi dengan mempertimbangkan semua aspek dalam kehidupannya, setiap manusia yang pernah ada di bumi mulai dari Nabi Adam AS sampai orang yang lahir terakhir pas hari kiamat nanti, ujung-ujungnya rugi. Dari pemahaman saya mah, rugi ini intinya sia-sia hidupnya, udah cape-cape hidup tapi dia keok, gagal mencapai tujuan hidup yaitu meraih ridho Allah SWT.

Holy crap, kalo Allah SWT yang Maha Pemurah udah ngomong kaya gitu, nasib gue gimana dong, buat apa gue dilahirin, arggghh zzz banget sih! Kalem boy, ga semua manusia rugi, ada pengecualiannya kok ternyata. Di ayat ketiga, dinyatakan bahwa semua manusia rugi, KECUALI, orang-orang yang beriman DAN beramal soleh DAN suka menasehati dalam kebenaran DAN suka menasehati dalam kesabaran.

Dear pren yang semoga senantiasa dirahmati Allah SWT, perhatikan baik-baik statement di ayat ketiga itu. Kata hubung yang digunakan adalah DAN. Bukan ATAU. Artinya, agar seseorang jadi terhindar dari kerugian, semua prasyaratnya (beriman, beramal soleh, berwasiat dalam kebenaran, berwasiat dalam kesabaran) harus terpenuhi semua. Satu aja tidak terpenuhi akan membuat segalanya gagal. Buat yang ga ngerti, silakan pelajari Matematika tingkat SMA bab pemahaman logika untuk ngerti bedanya pernyataan yang dibangun dengan DAN dengan pernyataan yang dibangun dengan ATAU. Now, lets get into the detail.

Beriman
Apa itu beriman? Beriman adalah percaya bahwa tiada tuhan selain Allah SWT, dan kepercayaan ini diteguhkan dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan ditunjukkan lewat amal perbuatan. Gimana biar beriman? Sholat aja yang bener, tiap sholat kita kan mengucapkan kalimat syahadat, pahami aja arti kalimat syahadatnya jadi jangan baca kaya mantra doang tiap sholat. Mudah-mudahan, insya Allah, dengan seringnya kita mengulangi kalimat syahadat iman kita akan tumbuh sehingga kita terhindar dari dosa terbesar yaitu menyekutukan Allah SWT dengan yang lain, aamiin.

Beramal Soleh
Apakah beramal soleh sama dengan punya anak yang dikasih nama Amal Soleh? Nope, beramal soleh adalah membuat kebaikan. Yang kaya gimana? Lucky for us, kita ga perlu melakukan hal super seperti menyelamatkan planet bumi dari invasi alien dan virus varian baru yang super mematikan biar dianggap berbuat baik. Allah Maha Pemurah kok, sekedar senyum tulus, minggirin paku, membantu nenek menyebrang jalan, dll yang simple dan sederhana dijamin diitung sebagai kebaikan. Satu clue yang perlu diingat hanya, make sure kita ga menunda-nunda waktu ada niat berbuat baik. Makin ditunda, makin besar peluang kita batal berbuat kebaikan.

Suka Menasehati tentang Kebenaran
Cukup jelas ya yang ini mah. Intinya kita dituntut agar senantiasa menyebarkan kebenaran, menasehati orang agar berbuat benar, mengajak orang-orang berbuat baik. Kalau ada orang berbuat baik karena ajakan kita, pahala orang itu dicopy paste ke pahala kita loh 😉
However, menurut saya pribadi, ada 3 hal yang perlu diperhatikan ketika kita menasehati tentang kebenaran/mengajak berbuat baik ini:
1. Menasehatinya harus dengan gaya komunikasi yang baik (jangan menggurui, jangan takut dan malu, jangan dalam situasi saling marah-marah, pastikan tata bahasa kita bagus sehingga maksud kita tersampaikan dengan jelas tanpa misinterpretasi, dll)
2. Ga boleh maksa karena semua orang bebas memilih mau hidup dalam jalan kebenaran atau dalam jalan kesesatan
3. Kita ga boleh merasa paling benar karena bisa jadi ketika kita menasehati seseorang, ternyata apa yang dilakukan orang itulah yang benar dan kitalah yang salah selama ini. Kalau ada kasus kita didebat ketika menasehati, dengerin aja penjelasan dari yang mendebat, siapa tahu dia memang lebih tahu. Kalau ternyata dia emang ga lebih tahu, baca poin 2 di atas, tinggalin aja orangnya karena hidup bergelimang kesesatan adalah hak asasi orang.

Suka Menasehati untuk Sabar
Syarat terakhir yang harus dipenuhi agar ga rugi, adalah suka menasehati orang untuk sabar dalam 2 situasi: ketika menghadapi musibah dan ketika menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi laranganNya. Sabar ketika menjalankan perintah dan menjauhi larangan ini yang mungkin kadang kita lupakan, padahal ya jujur aja ya kadang bagi saya mah rasanya berat menjalankan perintah dan menjauhi larangan teh, misalnya aja ya bayangin siang-siang panas harus puasa ga boleh marah ga boleh makan pas bulan Ramadhan, subuh-subuh lagi enak tidur mesti bangun wudhu dan solat subuh, dll, kalo ga sabar ngejalanin mah mungkin ya ditinggalin aja tuh ibadah-ibadah.

Yah, begitulah kira-kira. Sekali lagi, mohon jika ada yang salah dalam tulisan ini diluruskan. Semoga tulisan ini menjadi pengingat buat saya dan yang baca biar kita semua tergolong menjadi manusia yang beruntung dan bahagia dunia akherat, aamiin.

1 thoughts on “Demi Waktu

Tinggalkan Balasan ke nanaonan Batalkan balasan